Gambar: Dok. TEMPO

Ekspor Nikel Indonesia Meningkat Menjadi Rp250 Triliun, Presiden Jokowi Menyatakan Bahwa Hilirisasi Merupakan Faktor Kunci

Jumat, 20 Sep 2024

Presiden Joko Widodo menekankan bahwa hilirisasi industri nikel serta sumber daya alam lainnya adalah faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Presiden menyatakan, "Hilirisasi merupakan kunci," sebagaimana telah disampaikan oleh Pak Gubernur BI, saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 yang berlangsung di Hotel Alila, Surakarta, kemarin.

Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa hilirisasi nikel telah memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan negara. Pada tahun 2015, nilai ekspor nikel Indonesia tercatat sebesar Rp45 triliun, namun setelah penerapan kebijakan hilirisasi, angka tersebut melonjak menjadi Rp520 triliun pada tahun 2023.

Beberapa orang menyampaikan kepada saya, "Pak, yang mendapatkan keuntungan adalah perusahaan, lalu apa yang didapatkan rakyat?" Jangan salah paham, kita memungut pajak dari situ, termasuk pajak perusahaan, pajak karyawan, bea ekspor, pajak ekspor, bea keluar, serta PNBP atau penerimaan negara bukan pajak, yang jumlahnya sangat signifikan," ujar Presiden Jokowi.

Selain nikel, Presiden Jokowi juga menyoroti pengembangan hilirisasi di sektor tembaga dan bauksit. Dua smelter besar yang berada di Amman-Sumbawa dan Freeport-Gresik akan segera beroperasi dengan total nilai investasi mencapai Rp50-60 triliun.

Tidak hanya membahas sektor mineral, Presiden juga menekankan pentingnya pengembangan hilirisasi di sektor-sektor yang lebih padat karya, seperti rumput laut. Menurut Presiden, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yang memberikan potensi besar dalam pengembangan rumput laut.

Presiden menyatakan, "Dari sini, kita dapat menghasilkan berbagai produk seperti pupuk organik, agar-agar, kosmetik, tepung, dan bahkan minyak pesawat terbang yang kini dapat diproduksi dari rumput laut." 

Lebih lanjut, Presiden juga menekankan potensi komoditas lain seperti kopi dan kakao. Ia mengungkapkan bahwa produksi kopi Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Vietnam, meskipun Indonesia merupakan pelopor dalam industri ini. Presiden menyoroti bahwa riset dan pengembangan (R&D) di sektor pertanian Indonesia masih kurang memadai, yang berakibat pada rendahnya tingkat produktivitas.

"Permintaan terus meningkat, harga juga terus naik setiap tahun, tetapi kita tidak pernah memperhatikan R&D kita; riset kita masih lemah di bidang ini," ungkap Presiden.

Presiden juga mengharapkan ISEI untuk terus memberikan saran, rancangan, dan strategi yang efektif dalam mendorong hilirisasi sektor-sektor potensial lainnya. Ia berharap bahwa strategi tersebut dapat menjadi pedoman bagi pemerintahan yang akan datang.

“Dalam sebulan saya akan memasuki masa pensiun, sehingga saya berharap arah menuju Indonesia Emas dapat tercapai dengan lebih cepat,” ungkap Jokowi.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.